Para penonton tampak sangat menikmati lagu-lagu yang dibawakan Rhoma Irama. Selama konser berlangsung, semuanya terlihat berjoget ria, menggoyangkan tubuh di atas nada-nada dangdut-rock campur dakwah ala Soneta.
Rhoma Irama tampil prima dalam pementasan malam itu. Dia juga mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris yang cukup akurat. "Operator, please, volume up the percussion. Yes, that's good. Thank you," ucap Bang Haji ketika mengetahui suara kendangnya sedikit tenggelam saat melantunkan lagu "Adu Domba".
Puncak acara adalah Jam Session antara Rhoma Irama dan 'The Dangdut Cowboys', yang tak lain adalah musisi dangdut lokal dari kota setempat. Ketika mereka mendendangkan lagu ‘Terrajana', lagi-lagi para penonton serempak bergoyang.
"Ini mirip nonton acara KDI di TPI atau Konser Dangdut di SCTV. Cuma bedanya yang berjoget adalah orang Amerika dan berlangsung di Kota Pittsburgh yang agak antah berantah," demikian Narotama Rukmananda, Produser Eksekutif VoA siaran Indonesia, yang kebetulan mengikuti jalannya konser Rhoma Irama di Pittsburgh, sebagaimana diungkapkannya lewat Mailing List, Senin (12/10).
"Saya sempat berbisik ke Profesor Andrew Weintraub, pendiri Music Department's Gamelan Ensemble, Universitas Pittsburgh, bahwa ini seperti mimpi; nonton Rhoma Irama di Amerika Serikat dan di Pittsburgh lagi!," tandasnya. Andrew, yang fasih berbahasa Indonesia dan Sunda, hanya menanggapi dengan tertawa seraya bilang, "Yah, asik juga, ya...".
Nama Rhoma Irama dan Soneta Group sendiri sudah tergolong kondang bagi mahasiswa jurusan Musik Universitas Pittsburgh. Tak lain adalah Profesor Andrew inilah yang memperkenalkan musik dangdut kepada para mahasiswanya. Berkat dialah Rhoma Irama menjadi salah satu musisi dari kawasan Asia yang sangat diidolakan oleh para mahasiswa di kota berbukit yang dikenal dengan sebutan kota kampus liberal ini.
Video: Rhoma Irama di Pittsburgh PA, USA
Para mahasiswa itu rata-rata jatuh cinta oleh dentingan gitar dan nafas rock di atas hentakan kendang yang selama ini menjadi ciri khas musik dangdut Rhoma Irama. Sebelumnya, para mahasiswa tersebut hanya mengenal lagu-lagu Rhoma Irama dan sejarahnya dari berbagai diskusi kajian musik yang sering digelar di kampusnya.
"He is a legend, I love his music. I always hear his name on class and now he is here. Amazing. I wanna go to Indonesia some day", ungkap seorang penonton. Beberapa penonton lainnya, seusai menyaksikan konser Rhoma Irama, bahkan mengaku semakin penasaran dan ingin belajar lebih dalam lagi tentang musik dangdut selain main gamelan.
Konser Rhoma Irama di Kampus Universitas Pittsburgh ini adalah puncak acara dari diskusi tentang Media Islam di Indonesia dan Malaysia yang menghadirkan para pakar dari Bowling Green University, Ohio University, Arizona State University, New York University, dan masih banyak lagi, termasuk sejumlah pakar televisi dari Indonesia.
Sebenarnya, menurut Naratama, ini adalah sebuah kebanggan bagi masyarakat Indonesia. "Musik dangdut yang baru dikenal sudah bisa membuat publik Amerika bergoyang untuk sejenak berhenti memikirkan krisis finansial yang melanda negerinya. Tetapi mengapa di Indonesia musisi-musisi yang mengusung musik dangdut malah dianggap kampungan? Apakah saat ini warga di Amerika telah berubah menjadi kampungan?," ujarnya.
Dalam lawatan di negeri Paman Sam ini, selain tampil di Pittsburgh, Rhoma Irama bersama Kelompok Soneta juga dijadwalkan tampil di Ohio dan Washington. Adapun Naratama Rukmananda bertindak sebagai Stage Manager
dalam pementasan Rhoma Irama dan Soneta yang berlangsung di Washington, Senin (13/10).
Kedatangan Oma ke Negeri Paman Sam rupanya bukan cuma untuk menghibur warga Indonesia di Washington. Oma datang atas undangan Departemen Musik University of Pittsburgh Amerika untuk tampil dalam sebuah seminar tentang Islam, Terorisme, dan Kebudayaan Pop.
Peran Oma dalam blantika musik Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Dialah yang memopulerkan irama melayu yang sekarang lebih umum disebut dangdut.
Di Indonesia, pengakuan terhadap popularitas Oma ditunjukkan dengan jumlah penggemarnya yang amat banyak. Sedangkan di luar negeri, sepak terjangnya mendorong seorang sosiolog dari Ohio State University, Prof William H Frederick, untuk menyusun tesis Rhoma Irama and the Dangdut Style: Aspect of Contemporary Indonesia Popular Culture (1982). Tentang dangdut, Frederick menyebutnya sebagai bukti jeniusan Indonesia setelah Candi Borobudur. ”Rhoma telah melakukan revolusi dalam dunia musik Indonesia," kata Frederick dalam karyanya.
Selain Bali dan terorisme, dangdut telah memaksa mata internasional melirik Indonesia. Seteru Oma, Inul Daratista pernah menjadi bahan liputan media internasional seperti Time, Newsweek dan The Economics. Seperti hanya Oma, Inul dianggap fenomenal dengan dangdut versinya sendiri yang tak bisa dilepaskan dari goyang 'ngebor'.
Tidak sampai di situ, dangdut pun mulai populer di Amerika. Buktinya, negeri gudangnya musik pop itu menggelar ajang Dangdut in America sejak 2007. Pemenangnya, Arreal Hank Tilghman saat ini sedang berada di Indonesia. Konon pemuda kulit hitam berambut gimbal ini bisa menyanyi dangdut setelah diajari Thomas Djorghi, penyanyi dangdut Indonesia.
Para FANS DangDut's:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Source: Diolah dari berbagai sumber
<<= Cara Budidaya Ikan Lele di Kolam Alami