Ini adalah kisah nyata pengalaman dari saya sang penulis dan pengelola
blog ini, Novel ini saya tulis dan dicetak untuk keperluan sebagai
hadiah ulang tahun Adel (Nama samaran) yang ke 27. Ia itu adalah mantan
kekasihku yang sangat aku sayang yang telah menjalin hubungan sebagai
sepasang kekasih dengan penulis selama tujuh tahun, namun berakhir
perpisahan. Perpisahan kami disebabkan oleh...untuk lebih jelasnya simak
isi novel "Hilangnya Cinta Sejati" Oleh Danial berikut :
Untuk memudahkan anda membaca keseluruhan Isi dari Novel "Hilangnya Cinta Sejati" Oleh Danial, silahkan masuk ke tag Galeri di blog http://berbagirasasejutailmu.blogspot.com ini, dan cari judul pada sub judul Novel "Hilangnya Cinta Sejati" Oleh Danial Bab I dan selanjutnya.
Untuk memudahkan anda membaca keseluruhan Isi dari Novel "Hilangnya Cinta Sejati" Oleh Danial, silahkan masuk ke tag Galeri di blog http://berbagirasasejutailmu.blogspot.com ini, dan cari judul pada sub judul Novel "Hilangnya Cinta Sejati" Oleh Danial Bab I dan selanjutnya.
Cinta Yang
Pernah Hilang
Pagi itu seperti biasa ku sudah bangun, setelah
membereskan kamar tidur dan membersihkan halaman rumah, aku langsung memberi
makan hewan-hewan peliharaanku. Lima ekor ayam potong yang sudah sangat tua
karena sayang untuk disembelih, beberapa
ekor ikan lele di kolam ukuran 3m x 3m,
dan tentu saja burung - burung dara kesayanganku. Semua itu sengaja aku
pelihara hanya untuk mengisi waktu luangku disaat aku jadi pengangguran
beberapa bulan setelah lulus SMA.
Lang…Galang…terdengar
suara Tante Juju memanggil namaku, aku langsung berlari mendekati nya. Ada apa
tante, tante manggil saya? Iya, tuh ada telfon dari Nenek di Grogol, tidak menunggu lama aku bergegas
menuju meja telfon yang terletak di pojok ruang tengah. Halo Assalamu Alaikum Nek,
Bagaimana kabar nya nenek sekeluarga ? tumben nenek telfon saya? Kalo boleh tahu
ada apa ya nek, tanyaku. Iya nenek sengaja telfon kamu, karena nenek dengar
kamu sudah lama nganggur, kebetulan disini ada bengkel lumayan besar sedang membutuhkan
karyawan, barangkali kamu berminat, nenek Min menjelaskan. Ya saya pasti mau lah
nek, sudah tidak betah nganggur sudah pengen punya penghasilan sendiri, kalau
begitu besok kamu datang ke rumah nenek
nanti kita bicara, Ya sudah begitus aja ya, lanjut nenek Min seraya menutup
telfon.
Keesokan
harinya aku langsung berangkat menuju rumah Nenek Min dengan menumpang bus
patas AC trayek Depok - Grogol, perjalanan dari terminal Depok satu ke Grogol
kurang lebih 2 jam. Sesampainya di rumah nenek aku langsung disambut hangat
seluruh keluarganya, maklum sudah lama sekali aku tidak pernah main kesana.
DUlu aku sempat tinggal dan bersekolah disini, tepatnya waktu aku duduk di
kelas satu SMP. Setelah bercerita panjang lebar lalu nenek Min mulai berbicara
tentang pekerjaan yang kemarin di bahas di telfon, yang intinya aku bisa
bekerja mulai kapanpun di bengkel tersebut karena pemilik bengkel cukup kenal
dekat dengan nenekku.
Akan tetapi
sebelum aku bekerja di bengkel tersebut Nenek ingin aku membantu untuk
merenovasi rumahnya. Bukan sebagai tukang bangunan, melainkan sebagai pembantu
tukang, ya hitung-hitung mengurangi
beban pekerjaan. Namun tetap saja aku di beri upah layaknya seorang
buruh bangunan, padahal aku sudah meminta kepadanya untuk tidak dibayar. Tetapi
nenekku mempunyai alas an yang lebih logis mengapa ia tetap memberi aku
bayaran, alasannya untuk jajan dan membeli pakaian.
Baru seminggu
aku tinggal di sana aku sudah mempunyai banyak teman, laki-laki maupun
perempuan. Ya itu semua adalah kawan lama aku yang sudah 6 tahun tidak bertemu.
Sore Menjelang malam kira-kira jam 18.30 rencananya aku mau nongkrong berumpul
bersama teman-teman, ketika itu aku melewati gang yang lumayan sempit, dan
tiba-tiba ada suara seorang gadis memanggil aku.
Galang,
sombong banget ya kamu sekarang? Sempat aku celingukan mencari dari mana
arahnya sumber suara tersebut. Tidak begitu lama perempuan tersebut berbicara
kembali setengah berteriak, Aku diatas Lang… kutolehkan kepalaku, ku arahkan
pandangan ke sebuah balkon yang persis berada di atas tempat aku berdiri saat
itu, Eh kamu Nung? Maaf aku tidak lihat kalau ada kamu di atas situ. Dia segera
menuruni tangga kayu yang yang tidak
jauh dari tempatku berdiri, sambil mengulurkan tangan dia menanyakan kabarku,
aku menjawab apa adanya saat itu. Oya ayo masuk, aku buatkan minum ya, sambil mengajak
aku naik ke tangga tempat dimana dia turun tadi. Ya memang di daerah sana
banyak ditemukan rumah yang mempunyai
anak tangga yang langsung dari luar rumah, tujuannya adalah untuk
mmudahkan saat kita keluar atau masuk ke ruangan atas di saat malam hari dimana
pintu utama bawah sudah terkunci.
Tunggu
sebentar ya, aku ambilkan dulu minum. Silahkan duduk dulu, Nung ( Panggilan
akrab Nuri) menunjuk ke kursi yang tepat berada di teras di depan kamarnya. Iya
terima kasih jawabku, tapi aku lebih tertarik untuk melihat pemandangan dengan
berdiri di teras balkon tersebut.
Tidak begitu
lama Nung sudah datang dengan membawa dua gelas sirup dan sedikit makanan
ringan. Ayo duduk dia berkata, tapi aku tidak mengindahkan dia….Wah enak ya
Nung udaranya disini banyak angin jadi sejuk, pemandangannya juga cukup bagus bisa
lihat gedung gedung di kejauhan sana, aku bilang. Nung tersenyum sambil berkata
ya beginilah, kamu boleh ko sering-sering kesini. ah kamu bisa aja, kataku.
Kami pun larut
dalam obrolan membahas masa lalu, ketika aku tinggal di daerah yang sama, masa
kecil kami yang masih culun sampai bererita tentang kehidupan kita selama ini. Saat
itu suasana obrolan sangat hangat seolah-olah kita sudah sering bersama,
diantara kita tidak ada rasa canggung sama sekali. Tidak terasa waktu telah
menunjukkan pukul 21.15, dan karena rencananya aku akan pergi untuk berumpul
bersama teman-temanku maka akupun berpamitan. Terlihat wajah sedikit murung,
dengan berat dia berkata ya sudah, kapan-kapan mampir lagi ya.
Malam
berikutnya seperti biasa jam 18.30 aku akan keluar rumah untuk ngumpul-ngumpul
di rumah salah seorang teman dan karena jalan terdekat untuk menuju kesana harus melewati rumah Nung , ternyata saat
melewati rumahnya rupanya dia sengaja sudah menunggu aku. Akhirnya mau tidak
mau aku mampir untuk ngobrol dengannya, ada perasaan tidak enak sebetulnya di
malam kedua kita ngobrol itu, dalam hatiku ada beberapa pertanyaan yang
mengganjal, mengapa dia begitu seperti menantikan aku untuk ngobrol lagi. Tapi
itu hanya kusimpan di benakku.
Seperti hari
kemarin dia berceloteh sambil sesekali mengumbar senyum manja nya. Tidak aku
sangka sebelumnya dia menanyakan tentang hubungan ku dengan Solihat, anak
tetangga dulu yang tinggal tidak jauh dari rumah Nung. Sebetulnya Solihat
adalah anak Bapak Zakaria, tetangga kami ketika itu, akan tetapi dia tinggal di
Bogor bersama Neneknya. Dan pada waktu itu bertepatan dengan libur kenaikan
kelas yang lamanya satu bulan jadi dia mengisi liburan di rumah orang tuanya di
Jakarta. Ketika itu memang kami sering main bersama oleh karena itu orang-orang menyangka kami mempunyai hubungan khusus. Bayangkan anak umur
13 tahun berpacaran. Benar yang
dikatakano rang Jawa “tresno teko soko kulino” lama kelamaan ada perasaan lain
di hatiku, senang apabila bertemu, rasa rindu selalu mengikuti apabila jauh
darinya. Ya perasaan itu aku rasakan juga akhirnya.
Itu masa lalu
yang sudah terlewat selama enam tahun. Dan..ya begitulah aku jelaskan semua
tentang aku bersama Solihat kepada Nung, Suasana pun mulai sedikit serius.
Fikiranku pun sempat berhenti seakan ingin mengulangi masa itu, rasa rindu kepada
Solihat mendadak muncul. Belum sempat aku Tanya kabar dan keberadaan Solihat
kepada Nung , Nung mendahului ku dengan pertanyaan yang sulit aku jawab ketika
itu, Dia memberi tahu tentang perasaan nya kepadaku saat itu…Lang, sebetulnya
dulu aku ngerasa iri kepada kalian, aku merasa cemburu kepada Solihat karena
dia bisa lebih dekat denganmu kamu, Padahal saat itu aku ingin sekali sering
bersama kamu, dia berhenti bicara sejenak sambil menghela nafas panjang..hehhh
sebetulnya dahulu aku juga mencintaimu Lang.
Aku tertawa
untuk memecah suasana yang saat itu mulai melankolis…aku berusaha tetap tenang
walau jantung mulai berdebar kencang. Itu masa lalu Nung, sekarang kita sudah
jauh berbeda mungkin rasa itu sudah mati setelah sekian lama berpisah, mungkin kamu sudah menjadi milik orang lain,
dan apabila benar, rasa itu menjadi tidak baik kalau kamu tetap pelihara,
kataku. Namun hatiku bertambah gugup mendengar jawaban dari Nung. Kamu salah
Lang, selama ini aku selalu menantikan kedatanganmu untuk berkunjung ke rumah
Nenekmu, Seandainya kamu datang aku akan mengungkapkan rasa ini yang telah lama
aku simpan dalam hati, namun apa yang terjadi. Selama enam tahun kamu tidak ada
kabar, jangankan datang kesini. Aku selalu menanyakan keberadaanmu di sana
Kepada tante kamu Tante Novi, namun aku tidak pernah mendapatkan jawaban yang
cukup mengobati rinduku. Sekarang kamu
sudah ada di depanku Lang, aku tidak ingin menyia-nyiakan saat seperti ini dan
sekarang aku ungkapkan semua perasaan yang ada di dalam hatiku Lang. Berhenti
bicara sebentar, dengan nada pelan penuh cemas dia menanyakan kepadaku, Galang,
apakah kamu masih mencintai Solihat,
ataukah sekarang kamu sudah manjadi milik orang lain?
Aku menghela
nafas panjang, tak habis fikir dan rasa heranku semakin bertambah besar. Apakah
maksud semua ini Nung? Terus terang aku dahulu memang suka kepada Solihat, tapi
itu cinta monyet, lain halnya kalau sekarang aku bertemu dengannya aku tidak
tahu akan berubah seperti apa perasaanku. Terus terang selama di Depok aku
sangat rindu kepada kalian semua, specialy kepada Solihat namun aku tidak
berdaya, aku tidak bisa berkunjung ke sini, dan akhirnya rasa itu pudar dengan
sendirinya.
Disana aku
sempat mempunyai kekasih. Namun selalu
terpisah karena jarak, putus komunikasi sampai berpisah karena beda kelas atau
beda sekolah. Jadi sekarang kamu masih sendiri? Nung menyelidik…Ya kurang lebih
begitulah Nung. Jadi apa tanggapanmu tentang perasaan ini Lang? Nung kembali
mengungkapkan isi hatinya…Aku semakin terdiam, terus terang saat itu aku
bingung harus menjawab apa lagipula aku adalah tipe orang yang tidak mudah
jatuh cinta jadi aku benar benar tidak bisa menyatakan perasaanku yang
sebetulnya biasa saja kepada Nung. Loh kok malah diam sich, Nung menoba
mencairkan suasana yang mulai membeku. Aku beranjak dari tempat duduk dan
berjalan menuju pagar teras balkon, kulayangkan pandangan kosong jauh ke sana.
Sebenarnya aku senang dengan Nung, suka dengan sifat humoris dia, suka dengan
sifat nya yang easy going, sufel…Namun untuk mencintainya? Entahlah mungkin aku
butuh beberapa hari untuk memikirkannya lagi pula aku belum mengetahui
pertemanan dia dengan lelaki lain.
Sedikit kaget
waktu dia memeluku dari belakang dan kembali berkata, Galang akankah rasa ini
kembali terkubur karena kamu tidak menginginkan cintaku? Aku hanya terdiam, dan
tidak bereaksi apa-apa walaupun tangannya melingkar di pinggangku…Perlahan
disandarkan nya kepalanya di punggungku. Lang mungkin kamu ingin mengatakan
sesuatu? Kamu ingin menanyakan apakah aku sudah mempunyai kekasih kan? Seolah
tersentak akupun membalikkan badan pelan-pelan namun Nung tetap tidak
melepaskan pelukannya dari pinggangku sehingga kami berhadap-hadapan.
Pandai merayu
rupanaya perempuan ini. Dia berkata Lang, aku sungguh berharap kamu selalu ada
untukku, kamu selalu di sampingku….Aku mencintaimu Galang. Untung saat itu
cahaya di balkon cukup redup jadi perubahan air mukaku yang mulai memerah tidak
terlihat jelas, namun tetap saja ketegangan hatiku tidak bisa disembunyikan,
baru pertama ada perempuan yang berani mengunggkapkan perasaannya kepada
laki-laki. Baru saja bibirku terbuka, maksudku ingin mengatakan sesuatu, namun Nung
lebih cepat mendaratkan kecupannya di bibirku…saat itu kakiku terasa seperti
tidak mempunyai kekuatan untuk berdiri dan aku hanya terdiam menikmati ciuman
Nung. Sebelumnya aku pernah beberapa kali berciuman dengan pacarku, Tapi yang
ini sungguh aku rasa lain. Bukan karena kenikmatannya, akan tetapi memang
suasana saat itu benar-benar bingung, fikiran seakan berfikir negative tentang
Nung, Namun suasana, cahaya dan keheningan saat itu benar-benar sangat
romantis. Itulah yang membuatku tidak berdaya.
Lama-lama rasa
nervous ku mulai sirna, aku tarik badanku ke belakang mencoba menyudahi ciumannya.
Tapi tidak bermaksud melepaskan pelukannya. Tangan aku mulai membelai punggung
Nung dengan lembut. Nung, aku dapat merasakan rasa cintamu kepadaku begitu
besarnya mungkin karena telah lama tersimpan, Dia tersipu. Tapi aku tidak bisa
begitu saja mengatakan Aku juga Cinta Padamu, karena aku butuh proses untuk
dapat menerima ini. Aku ingin tahu apakah benar kamu masih sendiri? Dengan sedikit kecewa dia menjawab. Lang
percayalah kepadaku, selama ini aku hanya menunggu kamu…Ah kamu tuh perempuan
ko pandai merayu sanggahku. Nung mungkin kita harus lebih sering bersama dahulu
untuk merasakan apakah kita cocok atau tidak, karena aku takut aku menyakiti
rasa cinta kamu ke aku. Ya sudah mulai sekarang aku akan sering main ke rumah
kamu, mungkin sesekali akan ngajak kamu untuk makan malam atau nonton. Terlihat
mata Nung berbinar-binar bahagia. Namun kembali cemberut setelah aku berkata,
tapi bukan berarti kita langsung pacaran ya…?? Tidak tega juga melihat wajah
Nung cemberut aku pun memegang kedua pipinya sambil berkata, tapi aku akan mencoba
untuk bisa mencintaimu dan mencoba akan selalu ada untukmu..i swear. Dia
kembali tersenyum dan aku beri dia kecupan hangat di kening. Ya sudah Nung, kasihan teman-temanku menunggu aku di sana,
aku harus menemui mereka…ya sudah hati hati ya Lang, jawabnya.
Setelah
Kejadian malam itu, hubunganku dengan Nung semakin dekat. Hari-hari kita diisi
dengan bunga-bunga kasmaran yang begitu indah. Akhirnya kita resmi berpacaran.
Perhatian dan sayang yang aku dapatkan darinya sungguh membuat aku lebih
berarti, tidak ada perselisihan di antara kita padahal saat itu aku tidak
memilih untuk berteman dengan laki laki saja. Pertemanan ku dengan perempuan
pun berjalan seperti biasa namun tidak ada yng aku buat spasial, ya mungkin
karena aku sangat menjunjung tinggi kesetiaan dan tidak ingin menyakiti
perasaan orang lain, terlebih dia adalah pacarku sendiri.
BACA JUGA:
No comments:
Post a Comment