Masa –Masa
dalam Keputus Asaan
Beberapa bulan aku mersa menikmati kehidupanku,
kurasa lengkap kebahagiaan saat itu. Tidak banyak yang tahu kalau aku sedang
menjalin hubungan asmara dengan Nung ( Nuri ku sayang) , terlebih teman-temanku
yang perempuan. Saat itu aku sering curhat untuk menceritakan semuanya hanya
kepada tante Novi, ya karena dia cukup dekat denganku dan mungkin karena usia
yang hanya terpaut lebih tua tiga tahun dengan usiaku.
Pada suatu
hari Leli teman dekat Nung, meminta aku untuk mengantar dia pergi ke sebuah
mini market namun tanpa sepengetahuan Nung. Jarak mini market tersebut
sebetulnya tidak jauh dari tempat kami tinggal namun cukup jauh apabila
berjalan kaki. Tetapi anehnya Leli ingin
kita berjalan kaki saja, akupun menuruti kemauannya hitung-hitung refreshing
melihat keadaan sekitar komplek.
Diperjalanan
tak kusangka Leli menanyakan soal hubungan ku dengan Nung, Karena kami cukup
akrab akhirnya aku ceritakan semuanya, Namun sebelumnya aku bertanya ke Leli,
kenapa memang, ada apa tiba-tiba kamu menanyakan soal itu? Aku hanya ingin tahu
saja karena kalian tidak pernah memberitakan nya apalagi merayakannya dengan
mentraktir teman-teman, dia berkata sambil bercanda. Aku mulai bercerita
tentang hubunganku dengan Nung, Tanpa menyangkal atau menyela, Leli hanya
mendengarkan cerita aku sambil sesekali menganggukan kepala tanda dia memahami
sesuatu yang aku terangkan . tidak terasa kami sudah sampai ke mini market yang
dituju. Kami sibuk memilih barang yang akan dibeli, setelah semua lengkap
kamipun pergi ke cashier untuk melakukan
pembayaran. Saat membayar barang yang kami beli, Leli menambahkan dua buah
coklat ukuran sedang , sama ini ya mba? Dia memberi tahu kepada petugas cashier.
Satu buah coklat tersebut diberikan kepada ku. Nih Lang untuk kamu satu buah.
Setelah semua
selesai kami pun beranjak pulang. Teruskan dong Lang ceritanya Leli meminta
kepadaku. Ya sudah Cuma seperti itu cerita kita, jawabku pendek. Jadi sampai
sekarang kalian masih jalan? Ya iya lah kita sih ga ambil pusing apa yang
sedang kita jalani, toh kita masih muda, kita enjoy aja, kata aku. Tap Lang…
sambung Leli seakan ragu-ragu untuk meneruskan pembicaraannya. Tapi apa? kamu
iri sama kita? Ihhh siapa juga kali yang
iri, aku sih enjoy dengan kesendirianku toh masih banyak teman yang mau
perduli dan sayang sama aku, jadi I am single and I am happy celotehnya. Bukan
itu maksudku Galang, Apa kamu tidak pernah menanyakan kepada Nung tentang kisah
dia yang sebenarnya? Tentang apa, aku bertanya. Tentang kekasihnya?
Aku sempat kaget mendengar apa kata Leli,
memang selama ini Nung punya kekasih?
Iya Lang, sudah ukup lama mereka berpacaran, kurang lebih dua tahun lah.
Tapi kenapa aku tidak pernah bertemu dengan kekasihnya, padahal sesering itu
aku apel ke rumahnya dan sering pula kita hang out bareng. Yang benar saja kamu
Leli, jangan mengarang cerita kata ku dengan perasaan berdebar-debar. Iya bener
Lang, Nung sudah punya kekasih, bahkan mereka satu kantor, pulang kerja pun
mereka selalu bareng. Pernahkah kamu main kerumah Nung di hari minggu siang?
Tanya nya. Pernah sekali sebab aku kan masih sibuk dengan renovasi rumah Nenek
ku itu.. Ya pantas saja Lang, karena kekasih Nung itu selalu main kerumahnya di
hari Minggu dan tidak pernah malam hari disebabkan rumahnya yang cukup jauh.
Perasaanku
seakan tersambar petir waktu mendengar semua penjelasan Leli . Tapi aku tidak
bisa begitu saja mempercayai ucapannya, namun aku berjanji kepadanya apabila
aku bisa membuktikan Nung sudah mempunyai kekasih, aku akan mengakhiri hubungan
ku dengan nya. Hari demi hari masih seperti biasa aku masih memberikan
perhatian kepada nung tapi disamping itu aku selalu menyelidiki tentang kekasihnya.
Maksudku apabila memang Nung sudah mempunyai kekasih dan hubungan mereka
baik-baik saja maka aku harus merelakan untuk melepaskan dia. Mustahil aku
tanyakan secara terus terang kepadanya, karena dia selalu berkata hal yang sama
yaitu dia tidak mempunyai pacar.
Suatu saat di
hari minggu aku menyuruh Yadi, teman dekatku untuk mampir ke rumah Nung dengan
alasan hanya mampir saja. Ternyata benar dirumah Nung ada seorang laki-laki
yang sedang asik ngobrol dengan Nung. Dari situ aku mulai mempercayai
keterangan Leli tempo hari. Aku pun Suruh Yadi untuk nongkrong di pinggir jalan
dimana tempat nung selalu turun dari bis. Apakah dia selalu bareng dengan
laki-laki yang sama dengan yang selalu main ke rumah Nung di Hari Minggu? Dan
ternyata benar Selama tiga hari berturut-turut nung selalu pulang bersama
laki-laki tersebut, walaupun laki-laki itu tidak ikut turun dari bis.
Belakangan aku
tahu laki-laki itu bernama Mul. Karena aku kira sudah cukup bukti maka malam
itu aku berniat main ke rumah Nung dan akan aku tanyakan sekali lagi perihal
laki-laki yang tidak lain adalah Mul. Sesampainya di rumah Nung, aku tidak
menunjukkan muka mencurigakan, seperti biasa aku sapa dia penuh kehangatan. Dia
seperti biasa langsung membuatkan aku minum. Saat itu perasaanku sungguh
berkecamuk, marah bercampur rasa sayangku kepadanya yang sudah terlanjur
mendekam di dalam hati selama beberapa bulan terakhir
Tidak lama
Nung datang dengan membawa dua buah
gelas yang masing masing berisi teh hangat dan kopi hitam. Sambil tersenyum dia
mempersilahkan aku untuk minum. Makasih sayang ucapku hambar karena perasaan
kecewa mulai mengusai hatiku. Loh kok bilang sayangnya seperti tidak ikhlas
sih? Nung bertanya..Tidak banyak cerita akupun langsung mencicipi kopi yang ia
buat. Memang dari awal sampai saat itu
kalau aku main ke rumah nya, dia selalu membuatkan aku minum, aku kagum sama
dia perhatian dan cintanya terhadapku aku rasakan sangat besar seakan hanya
tercurah kepadaku saja, maka dari itu aku tidak pernah berfikir kalau dia
sebetulnya sudah punya kekasih, sungguh naïf.
Setelah
meminum sedikit kopi panas, aku mulai berbicara dengan sedikit menyelidik dan
tutur bahasa yang halus namun serius akupun bertanya. Sayang, seandainya aku
jatuh hati dengan wanita lain dan wanita tersebut menerima cinta ku, bagaimana
perasaan kamu sebagai pacarku? Nung merasa kaget dengan pertanyaan ku itu,
entah dia sudah bisa membaca arah pertanyaanku ataukah dia tidak pernah
memikirkan hal itu, dia pun berkata, namun bukan jawaban yang aku dapatkan
melainkan pertanyaan balik. Memangnya kamu sedang dekat sama gadis lain sayang?
Dengan nada pelan dan seperti mau meneteskan air mata. Akupun tetap bertanya
kepadanya dengan pertanyaan yang sama. Dan dia hanya menjawab aku pasti
sedih..terlihat air mata menetes di pipinya…
Ohh Tuhan ini
sungguh pilihan yang berat bagiku, disamping aku tidak ingin kehilangan dia
namun aku harus konsekwen jangan pernah merebut kekasih orang lain. Hal seperti
ini belum pernah aku alami sebelumnya. Aku memang bukan laki-laki yang tega
saat melihat wanita menangis di hadapanku, andaikan aku tidak bisa memberi
perlindungan atau ketenangan kepadanya, aku bisa ikut menangis. Memang orang
yang saat itu menangis di hadapanku adalah orang yang sudah menyakiti hati dan
perasaanku, namun orang itu pula lah yang selama ini menjadi motivasi bagiku.
Akhirnya
dengan berat kupeluk dia, sambil berkata Nung kamu tahu perasaanku saat ini?
Aku sungguh kecewa sama orang yang paling aku sayang, karena ternyata kasih
sayang orang tersebut bukan hanya untukku… Nung berusaha melepaskan pelukanku
dan sedikit marah dengan tangisan yang mulai mengeluarkan suara terisak. Aku
coba menenangkan dia sambil tetap mendekap mesra tubuhnya, dia tetap
membenamkan wajahnya yg basah oleh air mata di dadaku..Nung, kamu berhasil
membuat aku jatuh hati kepadamu, kamu berhasil mencuri seluruh perhatianku,
namun kamu juga telah berhasil merobek hatiku sayang. Mulai saat ini mungkin
aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat yang aku sukai ini, bukan
karena aku sudah tidak mencintai orang yang punya tempat ini, bukan karena aku
sudah tidak menyayangi orang tersebut..tapi karena aku ingin menjaga perasaan
orang lain. Aku tidak akan meminta kamu untuk memilih aku atau dia, Karena
andaipun kamu memilih aku, aku tidak akan sampai tega menyakiti dia..Kalau
tidak salah namanya Mul kan? Mulyanto? Tanyaku
Nung mulai
memberotak sekuat tenaga ingin melepaskan pelukanku, namun untuk kesekian kali
nya aku bisa menenangkan hatinya..sayang mungkin ini adalah pelukan sayangku
yang terakhir aku harap jangan kamu membenci aku karena aku mundur dari jalan
ini, dan asal kamu tahu akupun tidak akan pernah membenci kamu, meskipun kamu
telah menyakiti perasaanku. Tanpa bicara sepatah katapun Nung tetap bersandar
di dadaku dengan menutupi wajahnya dan sambil terisak. Sayang aku aharap kamu
kembali kepadanya, tolong berikan kembali semua cinta dan sayang kamu kepadanya
yang selama ini sudah kau berikan kepadaku..dia hanya terdiam. Sayang untuk
yang terakhir kalinya menutup kisah kita izinkan aku kecup keningmu. Dia pun
menengadah dan sudah bisa bersikap tenang. Terlihat matanya yang sembab basah
oleh air mata yang masih mengalir. Lalu aku kecup keningnya sambil memejamkan
mata membayangkan manisnya kasih sayang dia selama ini aku berkata..selamat
tinggal sayangku kembalilah kepadanya..lupakan semua tentang kita namun jangan
kau benci aku, maafkan semua kesalahanku saat aku masih disisimu.
Dengan
perasaan remuk aku meninggalkan tempat terindahku saat itu dan tidak lupa untuk
menghabiskan sisa kopi untuk menenangkan fikiran. Aku berusaha untuk tidak
menoleh ke belakang, karena aku tahu dia pasti melepasku dengan pandangan
sedih.
Kau dihatiku, Slalu menjadi pujaanku
Kau di jiwaku, Mengalir di dalam darahku
Yang terdalam, Yang pernah kurasakan
Yang indah, Yang takkan kulupakan
Tapi takkan kumiliki, Semua cinta didirimu
Karna kau telah memilih satu cinta
Ku tak ingin, Hancurkan rasa di hatimu
Ku tak ingin, Hancurkan persahabatanku
Kau memulai, Dua cinta yang kau jalani
Dan tak akan lagi Ku harapkan cintamu
Aku takkan memiliki, Semua cinta didirimu
Karna kau tlah memilih, Satu cinta
Semua kan jadi kenangan, Yang tersimpan
dalam hidupku
Yang tak pernah terjadi, Saat cinta seperti
dulu
No comments:
Post a Comment