Suku Primitif Korowai dan Kombai di Irian Jaya

Primitif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti:
pri·mi·tif a 1 dl keadaan yg sangat sederhana; belum maju (tt peradaban; terbelakang): kebudayaan --; 2 sederhana; kuno (tidak modern tt peralatan): senjata-senjata --

Primitif dalam Kamus Global berarti :
primeval ks. yang mula-mula, dari jaman purba. p. forest hutan dari jaman purba.
primitive ks. 1 primitip. p. conditions keadaan-keadaan yang primitip. 2 sederhana, bersahaja. p. surroundings keadaan yang sederhana sekali.

Jadi maksud saya arti primitif dalam judul adalah suku yang hidup sederhana yang segala sesuatu nya tergantung dari alam.

Pada tahun 1995, George Steinmetz, seorang fotografer mendokumentasikan suku orang-orang yang tinggal di pohon di Irian Jaya. Sampai tahun 1970, mereka tidak mengetahui keberadaan orang selain kelompok mereka dan mereka tidak mengenal bahasa, mereka hanya memakai bahasa suku saja. Bahasa mereka termasuk dalam keluarga Awyu-Dumut (Papua tenggara) dan merupakan bagian dari filum Trans-Nugini. Sebuah tata bahasa dan kamus telah diproduksi oleh ahli bahasa misionaris Belanda.

Suku Korowai dan Kombai

Suku Korowai dan Kombai tinggal di wilayah Indonesia dan karena itu sudah pasti mereka juga penduduk Indonesia. Namun sangat jarang ditemukan artikel tentang kehidupan mereka dalam bahasa Indonesia. Justru banyak peneliti asing yang mengunjungi mereka dan mempelajari kehidupan suku mereka yang unik.

Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang lalu di pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi sekitar 3000 orang. Suku terasing ini hidup di rumah yang dibangun di atas pohon yang disebut Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah.

Mayoritas klan Korowai tinggal di rumah pohon di wilayah terisolasi mereka. Sejak tahun 1980 sebagian telah pindah ke desa-desa yang baru dibuka dari Yaniruma di tepi Sungai Becking (area Kombai-Korowai), Mu, dan Basman (daerah Korowai-Citak). Pada tahun 1987, desa dibuka di Manggél, di Yafufla (1988), Mabül di tepi Sungai Eilanden (1989), dan Khaiflambolüp (1998). Tingkat absensi desa masih tinggi, karena relatif panjang jarak antara permukiman dan sumber daya makanan

Korowai adalah salah satu suku di Irian yang tidak memakai koteka. Kaum lelaki suku ini memasuk-paksa-kan penis mereka ke dalam kantong jakar (scrotum) dan pada ujungnya mereka balut ketat dengan sejenis daun. Sementara kaum perempuan hanya memakai rok pendek terbuat dari daun sagu. Sagu adalah makan utama mereka.

Sedangkan pria Suku Kombai menggunakan ‘koteka’ dari paruh burung besar. Senjata mereka adalah panah yang matanya terbuat dari tulang.

Ini adalah gambar yang indah menakjubkan dari suku Kombai dan Korowai yang tinggal di rumah pohon yang berdiri tegak diatas rumah tersebut telah dipahat dari hasil hutan yang ada di sekitar.

Pemandangan anak sungai dari Sungai Korowai memasuki Sungai Eilanden.


Seorang pria turun dari pohon setelah mengambil sarang semut untuk menangkap ikan. Papua Barat Indonesia.


Sebuah upacara. Sagu dihidangkan untuk wisatawan yang memasuki daerah suku Korowai.


Sebuah rumah yang berada di atas pohon. Korowai Papua Barat


Sedang mencari larva kumbang pohon sagu untuk dijadikan makanan.


Seorang pria terlihat sedang membuat panah di rumah pohon-nya untuk mencari makanan di hutan.


Wanita Korowai sedang mengolah tepung sagu di pelepah pohon sagu untuk dijadikan makanan pokok, karena di Papua belum ada beras.


Pemandangan rumah pohon suku Korowai di malam hari.

Inilah George Steinmetz, orang yang mengambil semua foto foto menakjubkan ini.


Sumber : gugling.com, Ditulis oleh Nenglya pada 30 Sep, 2010 yang telah saya edit ulang dan saya lengkapi dari sumber lain..


<<= Tanaman Hias

Cara Ngeflash Ipad/Epad Uberoid =>>

No comments:

Post a Comment